Semuanya bermula dari rasa penasaran.

Rehan, seorang mahasiswa semester tiga, duduk sendirian di kamarnya malam itu. Di tangannya bukan buku kuliah, bukan juga novel fiksi favoritnya, melainkan laptop yang terbuka dengan sebuah halaman kosong—file HTML pertama yang belum sempat diisi.Ia baru saja menonton video singkat tentang bagaimana seseorang membangun website sederhana dalam 15 menit. “Masa sih sesimpel itu?” pikir Rehan. Entah kenapa, keinginan untuk mencobanya sendiri lebih besar dari rasa takut salah. Ia pun mulai mengetik: <!DOCTYPE html>.Itulah titik mula perjalanannya di dunia web programming.

Titik Awal: Dunia yang Terlihat Sederhana, Tapi Dalam

Awalnya, membuat teks muncul di layar seolah ajaib. Hanya beberapa baris kode dan “Hello World” pun muncul dalam browser. Namun semakin jauh ia mencoba, semakin sadar Rehan bahwa web programming bukan cuma soal tulisan muncul di layar, tapi tentang bagaimana sebuah sistem bekerja, dari tampilan hingga logika tersembunyi di belakangnya.

Frontend seperti panggung pertunjukan—menarik dan penuh visual. Tapi backend? Itulah dapur rahasia yang memastikan segalanya berjalan lancar.Rehan belajar tentang HTML dan CSS, lalu mencoba JavaScript. Setiap malam, sambil memutar lagu instrumental, ia membuat halaman-halaman latihan: form login, galeri foto, bahkan membuat tombol yang berubah warna ketika diklik. Kecil? Mungkin. Tapi baginya, itu adalah pencapaian besar.

Kesalahan Pertama dan Pelajaran Terbaik

Suatu hari, ia mencoba membuat website portfolio. Ia bangga. Warnanya bagus, layout-nya responsif. Tapi saat mencoba menghubungkannya ke database, semuanya kacau. Form kontak tidak mengirim, halaman login error, dan animasi tiba-tiba berhenti.

Ia frustrasi. “Apa aku memang gak cocok di sini?

Namun, justru dari kekacauan itu, Rehan mulai benar-benar belajar. Ia membaca dokumentasi, bertanya di forum, dan menonton tutorial demi tutorial. Perlahan, error mulai masuk akal. Ia mulai bisa membaca pesan galat seperti membaca petunjuk. Bukan lagi panik, tapi penasaran.Dan dari sanalah semua mulai berubah. Ia sadar: programming bukan tentang tidak membuat kesalahan, tapi tentang menyelesaikannya.

Ketika Kode Menjadi Pembuka

Waktu berlalu. Rehan mulai menerima proyek kecil dari teman: website sekolah, toko online sederhana, blog pribadi. Ia tidak dibayar banyak—kadang hanya ucapan terima kasih. Tapi baginya, setiap proyek adalah peluang. Kode-kode yang dulu terasa asing, kini menjadi alat untuk menciptakan hal nyata.

Ia menyadari bahwa web programming bukan hanya keahlian teknis. Ini adalah cara berkomunikasi. Antara manusia dan mesin, antara brand dan pelanggan, antara ide dan dunia nyata.Website bukan sekadar halaman. Ia adalah wajah, cerita, dan kesan pertama.

Penutup: Setiap Programmer Pernah Jadi Pemula

Rehan masih belajar hingga sekarang. Dunia web terus berkembang: dari HTML ke React, dari CSS ke Tailwind, dari manual ke otomatis. Tapi satu hal yang tidak berubah: rasa penasaran yang sama seperti malam itu ketika ia pertama kali menulis <!DOCTYPE html>.

Untuk kamu yang ingin memulai, jangan takut halaman kosong itu. Karena dari situlah semuanya dimulai.Mungkin hari ini kamu hanya membuat tombol yang berubah warna. Tapi siapa tahu, besok kamu membangun sistem yang digunakan ribuan orang.

Semua orang pernah jadi pemula. Dan dunia digital ini masih butuh banyak tangan untuk membangunnya.